Sejarah dan Perkembangan Ilmu
Komunikasi di Indonesia
Ø Peran Ilmu Komunikasi dalam
Membangun Demokrasi Indonesia
Pendahuluan
Komunikasi
merupakan salah satu aktivitas manusia, namun sangat sedikit yang dapat
mendefinisikannya secara memuaskan. Komunikasi adalah bicara satu sama lain; ia
bisa televisi; ia bisa penyebaran informasi; gaya hidup. Hal ini menjadi
masalah bagi akademisi untuk menerapkan secara tepat istilah komunikasi dalam
praktik kehidupan.[1][1] Komunikasi
juga merupakan proses dimana individu –dalam berhubungan dengan orang lain,
kelompok, organisasi atau masyarakat– merespon serta menciptakan pesan untuk
berhubungan dengan lingkungan dan orang lain.[2][2]

Demikian
pula sejumlah figurnya seperti Paul F. Lazarfeld, Wilbur Schramm, Harold
Lasswell, Walter Lippmann, Bernard Berelson, Carl Hovland, Elihu Katz, Daniel
Lerner, David K. Berlo, Shannon, Mc Comb, George G. Gebner, dan sebagainya
telah dikenal sebagai tokoh-tokoh dalam kajian ilmu komunikasi. Ilmu publistik
(sebutan awal bagi ilmu komunikasi) lahir di Amerika, sedang perkembangannya di
Eropa, khususnya Jerman.[3][3]
Selain
tokoh-tokoh komunikasi barat, di Indonesia terdapat sejumlah figur penting
dalam bidang Ilmu Komunikasi seperti M. Alwi Dahlan, Astrid Susanto Sunario,
Andi Muis, Jalaludin Rahmat, Ashadi Siregar, Anwar Arifin, Hafid Changara, Dedy
N. Hidayat, Marwah Daud Ibrahim, Onong Efendi Uchayana, dan sebagainya.
Karya-karya mereka telah memberi warna bagi eksistensi kajian ilmu komunikasi
di Indonesia.[4][4]
Namun,
penulis berasumsi bahwa “komunikasi” sebagai aktivitas social telah ada sejak
Adam (manusia pertama) diturunkan ke bumi. Karena waktu itu pula telah terjadi
proses komunikasi. Namun keberadaan komunikasi sebagai sebuah disiplin
keilmuan, baru muncul kemudian, sebagaimana yang penulis singgung di muka.
Dalam tulisan ini, penulis ingin memaparkan ulasan tentang sejarah komunikasi,
khususnya di Indonesia, serta perannya dalam pembangunan masyarakat demokratis.
Perkembangan
Ilmu Komunikasi di Indonesia
Kajian
komunikasi sebagai sebuah kajian teoritis terus menerus dikembangkan. Para ahli
terus menerus melakukan penelitian menguji teori hasil penelitian dalam
bentuk-bentuk seminar-seminar. Di negara-negara maju tampak melalui sejumlah
forum dan jurnal-jurnal yang diterbitkan.
Fenomena
kajian komunikasi di Indonesia menunjukkan beberapa fenomena berikut. Di
Indonesia, aktivitas ilmiah dalam kajian komunikasi dapat dilihat melalui
kegiatan yang diadakan oleh kampus[5][5] atau lembaga
pemerintahan lainnya. Bahkan tampak pula kemunculan lembaga baru humas yaitu Public
Relation Society of Indonesia. Tampaknya institusi semacam ini yang
terlihat melakukan aktivitas ilmiah dalam kajian komunikasi. Selain itu, ada
juga kajian komunikasi melalui lembaga LSM seperti Media Watch seperti ISAI,
LSPP, LKM, dan sebagainya.
Di
Indonesia, ilmu komunikasi yang kita kaji sekarang merupakan hasil dari suatu
proses perkembangan yang panjang. Status ilmu komunikasi di Indonesia diperoleh
melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 107/82 Tahun 1982. Keppres itu yang
kemudian membawa penyeragaman nama dari ilmu yang dikembangkan di Indonesia,
termasuk ilmu komunikasi. Sebelumnya dibeberapa universitas, terdapat beberapa
nama yang berbeda, seperti di Universitas Padjadjaran Bandung dan Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta yang menggunakan nama Publisistik, serta
Universitas Indonesia yang merubah nama Publisistik menjadi Ilmu
Komunikasi Massa.
Kajian
terhadap ilmu komunikasi sendiri dimulai dengan nama Publisistik dengan
dibukanya jurusan Publisistik pada Fakultas Sosial dan Politik
Universitas Gajah Mada pada tahun 1950, Akademi Penerangan pada tahun 1956,
Perguruan Tinggi Publisistik Jakarta pada tahun 1953, dan pada Fakultas Hukum
dan Ilmu Pengetahuan Masyarakat Universitas Indonesia pada tahun 1959. Nama
Ilmu Komunikasi Massa dan Ilmu Komunikasi sendiri baru muncul dalam berbagai
diskusi dan seminar pada awal tahun 1970-an.
Beberapa
nama tokoh yang berjasa dalam mengembangkan ilmu komunikasi antara lain, Drs
Marbangun, Sundoro, Prof. Sujono Hadinoto, Adinegoro dan Prof. Dr. Mustopo.
Kemudian ditambah lagi pakar komunikasi Astrid S. Susanti dan Alwi Dahlan
(keduanya dari luar negeri, Astrid dari Jerman dan Alwi dari Amerika).[6][6]
Media
Komunikasi sebagai Perangkat Sosial di Indonesia
Memahami
dan mendefinisikan komunikasi bukanlah perkara mudah. Banyak bermunculan pakar
komunikasi mencoba mendefinisikan komunikasi dari berbagai perspektif atau
sudut pandang mereka. Seseorang tidak akan pernah lepas dari kebutuhan
berkomunikasi, baik dia sebagai birokrat, politisi, dokter, pengusaha, ulama
dan berbagai profesi lainnya. Melalui proses komunikasi orang dapat saling
mengenal, memahami dan menerima satu dengan yang lain. Maka betapa pentingnya
komunikasi, sehingga orang tidak akan mampu berbuat tanpa komunikasi.[7][7]
Komunikasi
sebagai sebuah disiplin keilmuan di Indonesia sangat menunjang proses
bermasyarakat yang ada. Bentuk komunikasi yang paling berpengaruh sebagaimana
dikemukakan oleh John Vivian adalah memalui media massa.[8][8]
Di Indonesia sendiri, tampak bahwa media massa menjadi unsur penting bagi
keberlangsungan sistem pemerintahan. Kerena statusnya sebagai control social.
Media komunikasi berfungsi dan dipandang sebagai perekat sebuah kelompok
tertentu yang menghasilkan identitas bersama; menyediakan sarana untuk
menghasilkan pengetahuan; dan membuat orang kreatif.[9][9]
Dalam
kehidupan sosial, interaksi masyarakat tidak akan pernah lepas dari komunikasi.
Sehingga komunikasi sangat membantu proses kelangsungan hidup seseorang. Varian
komunikasi juga bermacam-macam sesuai dengan bidang yang digeluti seseorang,
seperti komunikasi politik, ekonomi, bisnis, agama dsb. Dalam masyarakat
demokratis komunikasi juga ikut andil besar. Dengan komunikasi keterbukaan
diharapkan mampu mengawal sistem demokrasi negara ini.
Penutup
Dengan
ditandai keputusan presiden pada tahun 1982 mengenai ilmu komunikasi,
setidaknya membuka harapan baru bagi berkembangnya disiplin ilmu tersebut.
Penerapan ilmu komunikasi juga tidak hanya diterapkan internal negara ini saja,
melainkan dengan negara-negara lain. Hal ini dimaksud untuk menjalin kemitraan
global untuk tercapainya cita-cita bersama. Sehingga komunikasi internasional
manjadi sangat penting.
Dengan
semakin matangnya sistem informasi yang ada di Indonesia, tentu akan memudahkan
masyarakat dalam melakukan komunikasi. Negara telah menjamin kebebasan dan
menetapkan hukum-hukum pers. Sehingga hal ini diharapkan mampu menjadi bagian
dari komunikasi yang turut berperan dalam membangun masyarakat negeri ini.
Sistem demokrasi yang dijalankan di Indonesia membutuhkan kawalan dari
masyarakat. Media komunikasi menjadi bagian dari bentuk kawalan tersebut.
Daftar Pustaka
Arifin,
Anwar, Ilmu Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2006
Dilla,
Sumadi, Komunikasi Pembangunan, Pendekatan Terpadu, Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2007
Fiske,
John, Cultural and Communication Studies, pent Yosal Iriantara-Idi
Subandi Ibrahim, Yogyakarta: Jalasutra, 2004
Ishara,
Luwi, Jurnalisme Dasar, Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2011
Mufid,
Muhammad, Etika dan Filsafat Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media
Grup, 2009
Richard
West-Lynn H. Turner, Introducing Communication Theory: Analysis and
Application, pent Maria Natalia Dimayati, Jakarta: Salemba Humanika, 2008
Tebba,
Sudirman, Filsafat dan Etika Komunikasi, Ciputat: Pustaka Irvan, 2008
Vivian,
John, The Media and Mass Communication, pent Tri Wibowo, Jakarta:
Prenada Media Grup, 2008
http://marhaifa.wordpress.com/2009/03/15/sejarah-perkembangan-ilmu-komunikasi/. Diunduh pada 14 Oktober 2011
[1][1] John Fiske, Cultural
and Communication Studies, pent Yosal Iriantara-Idi Subandi Ibrahim,
(Yogyakarta: Jalasutra, 2004) hlm 13
[2][2] Muhammad Mufid, Etika
dan Filsafat Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009). Hlm
56
[3][3] Anwar Arifin, Ilmu
Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2006). Hlm 3
[4][4]http://marhaifa.wordpress.com/2009/03/15/sejarah-perkembangan-ilmu-komunikasi/. Diunduh pada 14 Oktober
2011
[5][5] Aktivitas tersebut
ditandai dengan adanya acara-acara seminar, diskusi terbuka atau bahkan
workshop. Selain itu juga muncul organisasi persatuan mahasiswa ilmu komunikasi
seluruh Indonesia.
[6][6] Anwar Arifin, Ilmu
Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas, Hlm 1
[7][7] Sumadi Dilla, Komunikasi
Pembangunan, Pendekatan Terpadu, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007).
Hlm 16
[8][8] John Vivian, The Media
and Mass Communication, pent Tri Wibowo, (Jakarta: Prenada Media Grup,
2008). Hlm 448
[9][9] Sudirman Tebba, Filsafat
dan Etika Komunikasi, (Ciputat: Pustaka Irvan, 2008). Hlm 121
0 comments:
Post a Comment